Jakarta -Jalur Puncak 2 sedang dibangun pemerintah
sebagai alternatif jalur Puncak lama yang sudah beroperasi dan padat
baik kendaraan dan aktivitas ekonominya. Pemerintah tak bisa menjamin
jalur puncak II pun tak akan bernasib sama.
Saat ini, di sebagian
besar jalur puncak yang telah beroperasi berdiri warung-warung, toko
dan properti lain di kanan kiri jalan. Itu bisa jadi pemicu padatnya
kondisi jalan tersebut, dan cenderung terlihat kumuh.
Kepala
Balai Jalan Nasional IV Kementerian Pekerjaan Umum Bambang Hartadi
mengatakan, sejatinya, pemerintah daerah mengatur tata ruang wilayah di
kawasan jalan tersebut. Namun pembangunan properti di sekitar jalan
memang tak bisa dihindari.
"Itu tugas pemda setempat. Contoh saya
bikin lingkar Nagrek, itu supaya tidak ada ruwet. Apa yang terjadi
sekarang itu kaki lima semua," kata Bambang kepada detikFinance, Rabu (4/6/2014).
Bambang
mengatakan, tanah di jalur puncak II merupakan hibah dari sebagian
besar pengembang. Pengembang tentu melihat pembukaan jalan ini menjadi
potensi keuntungan ekonomi yang besar.
"Mestinya nggak boleh
(dibangun). Kalau kita mau mempertahankan. Tapi saya nggak yakin.
Pengembang di sana beri tanah untuk jalan pasti ada maunya," jelasnya.
Nasi
sudah menjadi bubur, jika sudah terbangun akan sulit untuk meruntuhkan
bangunan-bangunan tersebut. Seperti halnya yang sudah terjadi di jalur
puncak yang sudah beroperasi. Tak ada upaya pelebaran jalan di jalur
puncak itu.
Link berita :
http://finance.detik.com/read/2014/06/04/074816/2599068/1016/akankah-jalur-puncak-ii-kumuh-seperti-puncak-i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar